skip to main | skip to sidebar

Pages

10/31/2010

BISA-BISA PESANTREN MUSNAH!


Pembedaan pesantren menjadi salaf dan modern tak sepenuhnya disukai oleh kalangan pesantren. salah satu tokoh pendidikan pesantren di pasuruan, KH. Idris bin KH. ABD hamid menyatakan bahwa kategori salaf- modern itu adalah buatan penjajah

Menurutnya, dikotomi pendidikan islam dan umum, atau pemilahan pesantren salaf dan modern adalah tindakan yang tidak benar. karena, filosofi pendidikan islam itu adalah kemajuan.

Pengasuh PP Salafiyah Pasuruan itu menyatakan, bahwa pendidikan dalam islam memimliki tiga tujuan. Pertama, membentuk manusia yang universal. Hal ini bisa tdicapai dengan pendidikan akhlak (tsawuf). Kedua, mencapai kebahagian dunia- akhirat. Kebahagian dunia bisa dicapai dengan karir, prestasi dan ilmu pengetahuan. Sedangkan kebahagian akhirat dengan taat beribadah. Ketiga, sosial hubun
gan kemasyarakatan untuk membangun solidaritas muslimin seluruh dunia.

Gus Idris- begitu beliau akrab disapa- menyatakan kecewa dengan sikap pemerintah yang masih menganak tirikan pendidikan pesantren. "Kita menginginkan agar pemerintah menghargai hasil- hasil pendidikan yang ada di pesantren, karena meraka juga bagian dari masyarakat Indonesia", tegasnya pada Buletin SIDOGIRI. Penghargaan itu, lanjut Gus Idris, tidak harus dan tidak hanya berupa pengakuan (formalitas) agar lulusan pesantren bisa diterima di perguruan tinggi negeri. Tapi, harus ada solusi kongret untuk menampung pesantren sebagai salah satu aset pendidikan nasional. Seperti pada awal di dirikannya IAIN yang betujan untuk menampung lulusan pesantren. Kalau skarang sudah tidak berjalan lagi, maka IAIN perlu kembali kepada khiththah-nya, atau pemerintah perlu medirikan ma'had aly versi pemerintah yang di danai oleh negara dengan kurikulum yang jelas.

Jika pemerintah tidak memberikan solusi atau pengakuan terhadap pesantren, bisa- bisa sepuluh tahun lagi pesantren sudah musnah karena tidak di minati masyarakat. Bisa lagi. sepuluh tahun mendatang, seluruh pendidikan yang diakui pemerintah, beban biaya di tanggung oleh negara (gratis), sementara pesantrennya tidak gratis. Bisa- bisa pesantren gulung tikar karena jelas masyarakt akan memilih yang gratis. Itu sangat mengancam terhadap pendidikan pesantren.

Ancamanya lagi, kata Gus Idris, undang- undang guru dan dosen. Tentunya, sistem gaji yang di lakukan pemerintah hanya tertuju untuk guru- guru yang sudah mendapat pengakuan daari pemerintah. Gaji mereka jutaan rupiah. Sementara di pesantren hanya berkisar 200- 300 ribu, bahkan ada yang tanpa upah. Ini juga merupakan ancaman bagi kelanggengan pendidikan pesantren.

"Ini semua kalau kita bicara realita, bukan dalam lingkup barakah. kalau sudah urusan barakah itu urusan lain", tegas Gus Idris.

Namun demikian, beliau tetap mengakui bahwa mengakomodir pendidikan pesantren cukup sulit. Sebab, kurikulum pesantren itu tidak ada standartnya. Jadi, membutuhkan perubahan undang- undang yang tentu memancing perdebatan panjang.

Tapi, bagaimanapun, Gus Idris tetap menegaskan pesantren perlu di back-up oleh pemerintah. Pesantren sama dengan pendidikan yang lain, adalah untuk mencetak kader-kader profesional. "Baca kitab itu juga profesionalisme", tegas putra Kiai Hamid, ulama yang masyhur kewaliannya itu. (BS)

2 comments:

  1. waduuuuh... tulisannya santri bgt ya... q br kebuka nie pikiran. sblmx g prnh smpe ke mslh ntuh.

  2. hmm...namanya juga santri tulen.
    lha amu sndiri santri juga?

Posting Komentar