skip to main | skip to sidebar

Pages

10/30/2010

MERAMAL MASA DEPAN PESANTREN SALAF

Meramal masa depan pesantren salaf bukanlah sesuatu yang mudah. Sama sulitnya memahami perkembangan dan perubahan pesantren salaf di masa lalu. Yang jelas, ketika pilihan telah diambil seorang kiai untuk pesantrennya, maka segala implikasi dan konsekuensi akan segera tampak dan tak bisa di bendung atau digagalkan. Bahkan di kurangi pun akan sangat sulit. Imbasnya bukan hanya pada kiai penerus, namun juga pada santri, alumni pesantren, bahkan pesantren lain.

Semakin besar suatu pesantren, semakin berpengaruh kiainya, dan semakin banyak santrinya, maka imbas pilihan sang kiai akan semakin besar, semakin berpengaruh dan semakin banyak macamnya. Satu contoh, keberanian PP Tebuireng Jombang membuat madrasah klasikal telah mempengaruhi pesantren- pesantren lain untuk berbuat hal yang sama. Demikian juga saat Tebuireng mendirikan sekolah- sekolah umum. Dan karena KH Wahid Hasyim aktif dalam pemerintahan, sejumlah kiai (baik alumni atau bukan) pun melakukan hal yang sama.

Terpengaruh

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perjalanan dan perkembangan pesantren salaf. Pertama, kecenderungan pribadi kiai (keluarga kiai). Kiai, menurut wahjoetomo, adalah orang yang mendirika
n, membangun, dan menghidupi jalannya kegiatan pesantren. Beliaulah yang menentukan segala yang berlaku di dalamnya.

Sebagai penentu kebijakan, kiai (keluarga kiai) tak bisa di lepaskan dari kecenderungan pribadinya. Bila ia cenderung menerima dan menyukai sesuatu maka sesuatu itu akan mudah di terima di pesantr
ennya . Karena itulah, misalnya ada pesantren yang bersemangat mendirikan sekolah umum dan perguruan tinggi , dan ada yang juga tampak “alergi” untuk mendirikannya, hal ini dapat di runut pada diri sang kiai (keluarga kiai). Kenyataannya, banyak pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di asuh oleh kiai alumni pendidikan umum atau kiai yang menyukai pengetahuan umum. Dan, pesantren yang emoh pendidikan umum, biasanya di asuh kiai alumni pesantren salaf yang mengkhawatirkan tereduksinya pendidikan salaf.

Kedua kebijakan dan aturan pemerintah, pesantren memang lembaga pendidikan yang mandiri. Kurikulum yang di pakai mempunyai penekanan materi berbeda antara satu pesantren dengan pesantren lain. Dan, letak pesantren yang umumnya di pedesaan, membutnya nyaris tak tersentuh pemerintah. Namun demikian, sejarah membuktikan betapa besar pengaruh kebijakan dan aturan pemerintah terhadap pesantren.

Misalnya, perkembangan pesat pesantren di masa Kerajaan Mataram dan Demak karena dukungan kerajaan, dan kemerosotan pesant
ren setelah pemerintah membuka dan mengembangkan sekolah- sekolah umum dan memberikan fasilitas utama bagi para alumnus pendidikan umum untuk menduduki jabatan dalam struktur pemerintahan. Hal ini mengakibatkan jumlah anak- anak muda yang tertarik pada pendidikan pesantren semakin menurun.

Dan ketiga, animo dan selera masyarakat. Ada masa- masa dimana masyarakat begitu mengidolakan pesantren, dan ada masa dimana mereka lebih memilih pendidikan umum untuk anak- anaknya. Di sisi lain ada masa- masa dimana pesantren di gandrungi masyarakat, dan masa lain kegandrungan masyarakat beralih pada pendidikan lainnya. Animo dan selera masyarakat yang sedemekian itu turut mempengaruhiperkembangan pesantren salaf, bahkan juga hidup matinya.

Bayak alasan yang melatar belakangi pasang surut gairah masyarakat pada pesantren salaf. Di antaranya, dibutuhkan ijazah formal untuk mencari pekerjaan sedangkan kebanyakan ijazah madrasah pesantren tidak di akui, belum atau sudahnya didirikan sekolah umum dalam pesantren, pergantian kepemipinan pesantren, dll. Perubahan animo dan selera masyarakat ini mampu memaksa sebagian kiai (keluarg
a kiai) untuk menyesuaikan diri, misalnya medirikan sekolah umum.

Masa depan

Tiga hal di atas selain mempegaruhi perjalanan pegembangan pesantren salaf, juga akan mempengaruhi masa depannya. Terutama pribadi sang kiai (keluarga kiai). Bila para kiai mempunyai kecenderungan salaf dan keteguhan hati,maka pesantren salaf sebagai tempat pendidikan Islam tradisional akan tetap eksis dan berkembang sampai akhir kiamat.

Tapi masalahnya, seperti di ungkap Endang Turmudzi (Sekertaris Jendral PBNU)
, hanya sedikit anak- anak kiai yang mengikuti langkah ayahnya dalam hal pendidikan. Sebaliknya anak- anak kiai lebih suka pergi ke perguruan tinggi sekular daripada pergi ke pesantren dan belajari lmu-ilmu keislaman.

Hasilnya? Boleh jadi tak satu pun dari anak- anak kiai itu yang mengikuti langkah ayahnya dalam megembangkan islam dengan mengajar di pesantren, atau kalau mereka mengajar di pesantren mereka akan mengubah orientasi pendidikan pesantren sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Di tangan anak- anak kiai itulah (baik yang mondok atau kuliah) masa depan pesantren salaf di tentukan.

Setidaknya ada empat kemungkinan masa depan pesantren salaf.Pertama, pesantren salaf akan mati. Hal ini disebabkan tidak adanya anak kiai yang meneruskan pengajaran pesantren sebagai seorang kiai, karena lebih memilih bekerja sesuai gelar kesarjanaannya atau di bidang lain daripada menjalankan pesantren. Jika hal ini yang terjadi,maka ilmu- ilmu agama salaf dan tradisi- tradisi islam Indonesia (yang di ajarkan turun temurun di pesantren salaf) bisa jadi akan musnah.

Kedua,pesantren salaf akan berubah menjadi pesantren modern. Menurut Zamakhsyari Dhofier (Rektor Universitas Sains Al-quran, Jateng)
, pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab- kitab islam klasik sebagai inti pendidikan. Sedangkan pesantren khalaf (modern) adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran- pelajaran umum dalam madrasah- madrasah yang di kembangkannya, atau membuka tipe sekolah-sekolah umum dalam lingkungannya seperti SMP, SMU, dan bahkan perguruan tinggi.

Menariknya beberapa pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam madrasahnya atau membuka sekolah-sekolah umum menolak di sebut modern. Bahkan sebagian masih memakai nama salaf. Misalnya PP Tebuireng Jombang, PP Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, PP Nurul Jadid Probolinggo, dll. Yang jelas jika pesantren salaf membuka sekolah-sekolah umum, orientasi pendidikannya dan motivasi santri akan berubah. Yakni mondok untuk sekolah bukan untuk mengaji. Selain itu, ilmu yang mereka miliki cenderung "nanggung", baik lmu agamanya maupun ilmu umumnya.

Kemungkinan ketiga, tetap salaf tapi memberi diklat atau kursus keterampilan. Menurut Mukti Ali,kekurangan pendidikan di pondok pesantren adalah orientasinya yang terlalu mementingkan kepandaian otak (menghafal) dan penonjolan keutamaan akhlak (segi tasawuf) dan kurang keterampilan tangan sebagai bekal yang bermanfaat, kelak setalah santri terjun ke dalam masyarakat.

Sebagian pesantren salaf telah menyelenggarakan diklat atau kursus keterampilan tanpa memasukkannya dalam kurikulum madrasah, misalnya PP Sidogiri Pasuruan. Di sana ada diklat dakwah (pidato), jurnalistik, kursus komputer, elektronik, membuat roti,dll. Jika pesantren salaf memilih tetap salaf sekaligus memberi diklat atau kursus keterampilan, maka orintasi pedidikan dan motivasi santri tidak akan berubah santri bisa mempunyai bekal untuk bekerja kelak.

Dan keempat, pesantren salaf menjadi semakin ekstrem. Yakni tetap salaf dan hanya mau mengajarkan ilmu-ilmu agama, ilmu- ilmu lain tidak di ajarkan di tempat ini. Selain itu bangunan- bangunannya akan kembali ke masa lalu, yakni hampir seluruhnya berupa gubuk- gubuk, dan cara berpakaian akan sangat ekpresif (kemana- mana bersongkok dan bersarung atau berjubah dan berbaju koko hehehe). Pilihan semacam ini bisa saja dilakukan pesantren salaf untu menegaskan jati dirinya.

Dari keempat kemungkinan masa depan pesantren salaf di atas, manakah yang lebih berpeluan terwujud?. Apakah itu masa depan pesantren salaf atau sebagian saja? Tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti selain para kiai dan keluarga mereka. Mereka telah memiliki pedoman "al- muhafazha ala al- qodim al- shalih, wa al-akhdzu bi al-jadid aslah" memelihara hal-hal lama yang baik dan mengambil ha- hal baru yang lebih baik. Masalahnya sekarang mereka mengutamakan"memelihara hal- hal lama" ataukah "mengambil hal-hal baru"? Wallahu a'lam. Tanyakan pada para kiai dan keluarga mereka...!!!

*Syamsu-l arifyn M, Wakil kepala perpustakaan sidogiri dan staf pengajar sejarah islam MMU Tsanawiayah PP Sidogiri Pasuruan.
Sumber: Buletin Sidogiri

0 comments:

Posting Komentar